Rabu, 02 April 2014

Lajnah Falakiyah Al-Krabyakiyah





Rukyatul Hilal adalah kriteria penentuan awal bulan (kalender) Hijriyah dengan merukyat (mengamati) hilal secara langsung. Apabila hilal (bulan sabit) tidak terlihat (atau gagal terlihat), maka bulan (kalender) berjalan digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari.
Senin, 31 Mret 2014, kami team Lajnah Falakiyah Al-Krabyakiyah mengadakan praktek Rukyatul Hilal di pantai Parangkusumo, Parangtritis, Yogyakarta. Bersama dengan Bapak Muhyidin, ahli ilmu falak. Meskipun mega mendung bergelayut, tidak menyurutkan semangat kami untuk mengetahui bagaimana proses penanggalan (kalender) yang setiap hari kita gunakan. Teringat ngendikan Alm Mbah Zainal Abidin Munawwir bahwa “Kabeh laku kudu dingelmuni”. Semua perilaku harus ada ilmunya. Ilmu Allah yang tidak ada batasnya, mengapa tak dicari? Meski tertatih, meski terseok-seok, yakinlah, bahwa Dia Maha Pemurah untuk hamba-Nya.
Menjelang jumadil akhirah 1435 H
Ijtima’ = Senin wage, 31 Maret 2014 M, jam 01:48:06.56 (WIB)
Lokasi = Parangtritis
               (Lintang =-08° 01’ 49.20 LS)
               (Bujur    =110° 17’30.60 BT)
               (Tinggi Tempat = 5 meter)
Matahari terbenam = 17:44:18.35 (WIB)
Arah matahari = 04°07’37.46” (UTB)
Tinggi Hll (A) = 05°35’27.01” (Brt)
Tinggi Hll (B) = 05°04’14.35” (Brt)
Arah Hilal = 09°19’39.57” (UTB)
Posisi Hilal = 05°12’02.11” (UMt)
Jarak Busur = 07°37’48.16”
Keadaan Hilal = Miring Utara
Cahaya Hilal = 0.51 Usb (0.58%)
Umur Hilal = 15:56:11.79
Lama Hilal = 00:25:08.11
Hilal Terbenam = 18:09:26.46 (WIB)
Sesama rukyah bisa terjadi perbedaan karena satunya dikontrol dengan hisab, satunya lagi berani disumpah karena sudah melihat bulan. Mbah zainal Abidin Munawwir (alm) sering berbeda pendapat dengan NU Jogja karena demikian itulah sebabnya. Tetapi apapun yang dilaporkan oleh Jawa Timur pasti diterima oleh beliau, termasuk Bawean, Bangkalan. Secara akal, karena hilal di daerah Jawa Tengah itu masih sangat rendah dan tidak mungkin bisa dilihat, tetapi daerah timur bisa melihatnya. Sama-sama rukyat, sama-sama NU tetapi hasilnya berbeda, hal demikian mungkin-mungkin saja terjadi. “Semisal seperti saat ini, ketika di seluruh Indonesia tidak berhasil melihat hilal, khawatirnya bulan depan baru 28 hari, eh, bulan sudah kelihatan, kecele deh... padahal umur bulan itu kan kalo nggak 29 ya 30 hari. Namun baru 28 hari, maka harus ditanggalkan, nah, yang salah kan yang sekarang. Ini tergantung awan dan mata kita memandang. Makane nek ono ilmu sing iso kanggo nyingkirke mego, kondo aku yo.” kelakar Pak Muhyidin renyah.
Ada juga rukyat pagi, istilahnya bukan rukyat tetapi Istitar, yaitu mencari hilal tidak ada. Kalau sudah tanggal-tanggal tua, rukyatnya menghadap ke timur, ba’da subuh dan sebelum matahari terbit. Kalau sudah dua malam tidak kelihatan maka besoknya sudah tanggal satu إذاإستتر في ليلتين فاالثالث اول الشهر
Wallahu A’lam...