“Ibu,
mengapa burung merpati bisa terbang tinggi sedangkan ayam tidak bisa terbang
tinggi? Padahal mereka kan punya sayap semua, Bu?”. Tanya Abdullah kepada
Ibunya, ia tersenyum sambil memperhatikan sekumpulan ayam yang sedang bermain
dan berkeliaran di teras rumah.
“Ya,
karena ukuran tubuh burung lebih kecil daripada tubuh ayam, Nak”. Jawab Ibu
“Tapi
burung elang dan burung garuda badannya besar bisa terbang tinggi”. Lanjut
Abdullah tidak puas dengan jawaban Ibunya.
Ibu
tersenyum, mendekati Abdullah dan menatapnya dengan penuh kesayangan,”Burung
elang dan burung garuda sayapnya lebih besar dan panjang daripada tubuhnya, iya
kan, Dik?”.
“Iya ya,
Bu. Berarti ukuran badan dan sayap itu sudah pasti sesuai ya, Bu. Pas”. Dengan
gaya tos tangan, Abdullah membolak-balikkan tangan Ibu.
“Pasti
sudah sesuai dengan kebutuhannya, Nak. Sayap ayam sesuai dengan badan ayam,
sayap burung sesuai dengan badan burung. Nah, siapa dulu arsiteknya?”. Goda Ibu
sambil tersenyum riang.
“Ar,
arsitek itu apa, Bu?”. Rupanya kosakata itu asing di telinga Abdullah. Tak
sabar mendengarkan jawaban Ibu, Abdullah menatap Ibu dengan tajam, penasaran.
“Nak,
arsitek itu orang yang merancang atau membuat atau menciptakan. Nah, sekarang
Ibu mau bertanya kepada Adik, siapa yang
menciptakan meja itu?”.
“Mmmm,
(sambil berpikir) Ayah! Kemaren adik ikut membantu ayah loh”. Lonjak Abdullah
girang.
“Iya
benar sekali, kemarin ayah membuat meja dan kursi dengan kayu. Lalu kalau
burung dan ayam, siapa yang menciptakan?”. Tanya Ibu lagi sambil tersenyum
“Mmmm,
yang menciptakan ayam dan burung bukan ayah tapi Allah”. Sambil mengrenyitkan
dahi, sambil mengingat-ingat sesuatu, Abdullah menjawab pertanyaan Ibu dengan
wajah berseri-seri.
“Betul,
Nak. Allah yang telah menciptakan burung, ayam, ikan dan hewan-hewan yang
lainnya. Semua makhluk yang hidup adalah ciptaan Allah”. Ibu menjelaskan dengan
penuh keyakinan.
Abdullah
mangut-mangut,”Ayo, Bu. Ambil makanan ayam di dalam. Adik mau kasih makan
ayam-ayam itu, pasti udah lapar ya”. Girangnya.
“Ayo,
Nak. Nanti setelah ayamnya makan, adik juga makan ya”. harap Ibu sambil
menggandeng tangan Abdullah masuk ke dalam rumah.
“Iya,
Bu”. Abdullah menjawabnya dengan semangat dan Ibu tersenyum bahagia.
~
Pintar
bicara. Di usia ini, perbendaharaan kata-kata yang diketahui anak akan
bertambah mencapai 2000 kata. Sekitar 90 % aktivitas anak dalam sehari diisi
dengan ngobrol, tak peduli apakah anak gagap atau tidak. anak usia ini gemar
bermain kata untuk mendapatkan kalimat yang kedengarannya canggih.
Meningkatnya
ketrampilan berbicara, tak lepas dari perkembangan berpikir. Sedangkan
perkembangan berpikir termasuk berimajinasi, ini merupakan kegiatan yang sering
dilakukan anak melalui bermain. Ketrampilan berimajinasi memungkinkan si 4
tahun ini berandai-andai dan memunculkan pertanyaan-pertanyaan ajaib,
seperti,”Mengapa ular tidak mempunyai kaki?”.
Si anak
berharap pertanyaan yang beragam itu memperoleh jawaban dan informasi itu dapat
digunakan dalam kehidupannya. Itu sebabnya, orang tua perlu memikirkan secara
serius jawaban yang hendak disampaikan pada anak. Karena, anak-anak di usia ini
sama sekali tidak membutuhkan jawaban yang rumit. Yang mereka perlukan adalah
jawaban yang sederhana yang bisa dipahami dan mudah divisualkan oleh
imajinasinya.
Semakin banyak
orang dewasa di sekitarnya berbicara pada anda, maka kian banyak pula yang akan
dipelajarinya. membaca buku bersama, mendampingi anak nonton film yang menambah pengetahuan,
main tebak-tebakan huruf-huruf hijaiyyah atau yang lainnya juga bisa meningkatkan
ketrampilan anak berfikir. Dampaknya, anak terbiasa berbicara dengan baik dan
struktur berpikir logis terbentuk. Untuk membantu memperoleh jawaban yang
sesuai, orang tua dapat memanfaatkan buku dan yang lainnya. Ilmu bisa
didapatkan dari mana saja, tergantung apakah kita mau mengambilnya atau tidak.
^^
Dan orang
tua juga tidak perlu gengsi untuk mengatakan ‘tidak tahu’, ketimbang ‘sok tahu’.
Namun begitu, jangan pernah memotong pembicaraan anak dan mengambil kesimpulan
terlalu dini apa yang dimaksudkan si anak. Dengarkanlah dahulu sambil memberi
tanggapan positif dan antusias. Maka si anak akan berbalik mendengarkan saat
orang tua berbicara.
Semoga
anak-anak kita menjadi anak-anak yang shalih dan shalihah. Amiin ^^
~
Selama
beberapa waktu, saat saya diberi kesempatan untuk mendampingi anak-anak bermain
di suatu lembaga sekolah anak-anak, banyak sekali pengalaman-pengalaman yang
menakjubkan bagi saya. Dunia yang begitu indah karena tersaji dalam bentuk
ketulusan hati, kepolosan dan kegembiraan. Tak terasa, mereka menjadi guru-guru
saya dalam kehidupan ini. Apapun yang mereka inginkan sebenarnya apakah
keinginan mereka sendiri ataukah dorongan dari lingkungan hidup mereka yang
menjadikan mereka menginginkan sesuatu? Seperti, ketika di lingkungan rumah mereka
kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua, teman-teman atau
saudara-saudaranya, apakah mereka lantas akan menginginkan kasih sayang itu
ketika di sekolah? Mungkin bisa iya, bisa juga tidak. Yang jelas, dunia mereka
adalah dunia yang menakjubkan dan sayang untuk sekali-kali dilewatkan.
~
Jogjakarta,
Februari 2015
*Tentang
tulisan ini, terima kasih, Kamu :)