Jika engkau
bersedih karena kehilangan seseorang,
Sebenarnya jauh dilubuk hatimu yang
paling dalam
Engkau sedang mensyukuri sambil
terharu
Bahwa dia pernah ada bersama-sama
dengan dirimu.
(Kahlil Gibran)
Panas yang terik
tak dihiraukan oleh seorang pria tua yang berjalan terseok-seok mendekati
sebuah rumah sakit di Yogyakarta, RSI Hidayatullah. Teringat kakekku yang
meninggal beberapa bulan lalu karena kanker paru-paru. Dengan terbatuk-batuk
dan memegangi tongkatnya kulihat ia bertanya pada satpam yang berjaga di depan
ruang UGD rumah sakit. Lantas masuk. Ah, mengapa aku pedulikan pria tua itu? Toh
aku tak mengenalnya. Dadaku masih terasa sesak, aku cepat-cepat menstater
motorku, teringat seonggok cucian yang kuletakkan di pojokan kamar kosku. Wajar,
anak kos. Dikejar deadline mencuci seminggu sekali. Heuheu.
Yogyakarta, 12
Mei 2013
“Sam, sebaiknya
kau berhentikan aktifitasmu merokok. Rupanya paru-parumu sudah tak lagi
menerima dengan senang hati asap-asap yang kau anggap nikmat dan menenangkan
itu”. Sambil tidur-tiduran sesampainya di kos, kata-kata dokter membuatku tak
mampu memejamkan mataku untuk sekedar mendinginkan kepalaku dari sengatan
panasnya matahari siang ini.
Apa yang harus
kukatakan pada ayah atas apa yang terjadi padaku ini, sudah lama setiap aku
pulang ke tanah kelahiranku di Semarang, ibuku tak henti-hentinya cerewet
panjang lebar pada anak-anaknya untuk tidak merokok. Gerakan anti merokok,
itulah yang ditekankan ibuku dalam keluargaku. Trauma karena ayahnya yaitu
kakekku divonis dokter mengalami kanker paru-paru sudah lima tahun yang lalu
tetapi baru diketahui setelah kakek tiba-tiba muntah darah, pada waktu itu. Apakah
aku mewarisi penyakit kakek? Tapi mengapa aku? Hh, tapi aku sadar selama ini
memang rokok adalah teman setiaku, apapun itu hanya laki-lakilah yang mampu
menjelaskannya.
Angan-anganku
melayang kejadian dua tahun yang lalu.
Aku mengenalnya
saat ada training kesehatan di hotel Borobudur, seorang wanita paruh baya
bernama Mbak Ning, Ningratih Satriadi lengkapnya. Acara selesai tepat pukul
satu siang. Ya, aku masuk menjadi anggota PMI Yogyakarta sebulan yang lalu. Atas
saran dari Wahid, tetangga kosku yang waktu itu juga dia menjadi anggota.
“Kamu kuliah
dimana?”, seorang wanita tiba-tiba menanyaiku dengan nada khas Surobayanan.
“Eeh, saya sudah
kerja mbak, mbengkel”. Kuterka dia pasti kaget, pebengkel kok ada di sini. Dalam
acara kesehatan pula. “Salah satu anggota PMI mbak, teman-temanku memaksaku
mewakili hadir dalam acara ini”. Lanjutku sebelum dia mengutarakan
kebingungannya.
“Oooh, ya bagus. Wajahmu
mirip dengan suamiku.” Gelegarr, lantas? “Ia meninggal setahun yang lalu,
karena merokok”. Sendunya. Aku hanya mampu mendengarkan ceritanya panjang lebar
masa-masa dengan suaminya. Dia menasehatiku beberapa hal tentang bahaya merokok
dan lain sebagainya.
Dan sekarang aku
merasakannya, penyakit yang diderita suami Mbak Ning. Kanker paru-paru seperti
yang diderita kakek mampir begitu saja di tubuhku, bersarang dalam organ
nafasku. Aku tak mampu mengelak ketika dokter menilaiku sebagai pecandu kopi
dan rokok. Dada ini semakin sesak saja ketika mengingat orang-orang yang
kusayang. Mungkin sebentar lagi akan kutinggalkan. Aku tak mendahului takdir
dengan berfikiran semacam ini, tapi stadium tinggi yang divonis dokter telah
melumpuhkan harapan-harapanku.
Aku masih 27
tahun, aku belum menikah, aku masih belum bisa membahagiakan orang tuaku,
kerjaku masih tahap dalam perintisan, aku masih ingin belajar memaknai hidup
yang sebenar-benarnya. Aku belum siap mati, tapi obat-obat ini selalu saja
memojokkanku untuk benar-benar menyiapkan diri untuk itu.
Tuhan, ijinkan
aku untuk memohon dalam setiap sujud panjangku. Apapun yang terjadi, Engkaulah
yang mengaturnya. Do’aku untuk kedua orang tuaku dan orang-orang yang
menyayangiku.
Aku terlelap
memimpikan syurga-Mu yang sangat indah.
Yogyakarta, April 2014
Jika engkau bersedih karena kehilangan seseorang,
BalasHapusSebenarnya jauh dilubuk hatimu yang paling dalam
Engkau sedang mensyukuri sambil terharu
Bahwa dia pernah ada bersama-sama dengan dirimu.
Sungguh...(kang)