PEPERANGAN DUNIA SEBAGAI PERKEMBANGAN PERADABAN
Sejak zaman jahiliyyah, yaitu zaman dimana sebelum
masuknya agama Islam ke kota Makkah, peperangan bukan suatu hal yang asing bagi
kaum Arab pada waktu itu. Polemik-polemik yang menjadi faktor pemicu peperangan
terkadang sangat tidak realistis. Muncul karena adanya ketidaksepakatan antar
kabilah, saudara, perselisihan memperebutkan kepemimpinan, perebutan mata air
dan padang rumput, hingga perebutan kaum
wanita. Ayyamul ‘Arab adalah
perang yang terjadi pada zaman jahiliyyah, diantaranya perang Al Basus yang terjadi
antara kabilah Bakr dan Taghlib. Perang ini dipicu oleh seekor unta milik
seorang perempuan tua dari kabilah Bakr yang bernama Al Basus. Kedua, perang
Dahis dan Al Ghubara yang terjadi antara ‘Abasa dan Dzubyan, keduanya adalah
putra Baghidh bin Raits bin Ghathafan. Tidak terkecuali dengan pemberontakan
yang terjadi bertepatan dengan datangnya masa kelahiran Nabi Muhammad SAW,
pasukan Abrahah menyerbu kota Makkah. Kemudian saat usia Nabi menginjak umur 14
tahun, terjadilah perang Al Fijar.
Al Ghazawat jama’ dari kata Al Ghazwah,
yaitu peperangan pada masa Nabi Muhammad
SAW yang dilakukan oleh kaum
Muslimin dengan disertai oleh beliau sebanyak 27 kali peperangan. Sedangkan
As Saraya jama’ dari As Sariyyah adalah peperangan atau pengiriman
pasukan kaum Muslimin untuk melakukan suatu peperangan pada masa Nabi tanpa
disertai beliau sebanyak 47 kali peperangan.[1] Dalam
QS. Al Hajj:39 Allah SWT telah mengizinkan kepada orang-orang Muslim untuk
memerangi musuhnya, yaitu orang-orang yang menentang, menyakiti, bersepakat
untuk membunuh beliau Nabi Muhammad SAW.[2] Allah
SWT menjelaskan tujuan yang mulia dari peperangan yang memakan banyak korban
ini dengan menunjukkan beberapa sifat dan akhlak yang harus diperhatikan ketika
mendapat kemenangan ataupun kekalahan. Agar tidak terkecoh oleh kehebatan dan
keberanian sehingga jiwa mereka tidak tenggelam dalam kesombongan, tetapi
justru mereka tawakkal kepada Allah, taat kepada-Nya dan Rasul-Nya.
Diantara peperangan yang terjadi dalam tahun kedua
hijrah, terjadilah perang Waddan, Buwath, ‘Usyairah, Dzi Amar, Badar Pertama,
Qarqaratul-kadar, Badar Besar, Qainuqa’ dan Sawiq. Adanya harta ghanimah dan
tawanan dalam peristiwa peperangan yang terjadi berdampak terhadap kehidupan
pada masa itu. Di tahun ketiga hijrah terjadi perang Ghathafan, Bahran, Uhud,
Hamraul Asad. Tetapi semuanya tidak sampai terjadi perang kecuali perang Uhud.
Perang ini terjadi dengan motif balas dendam orang-orang Quraisy atas
terbunuhnya teman-temannya dalam perang Badar. Kaum Muslimin mengalami
kekalahan karena melanggar perintah Rasulullah untuk tidak meninggalkan bukit
Uhud melainkan sibuk mencari harta rampasan perang karena dikira sudah
memenangkan peperangan. Hamzah, paman Nabi sendiri dibunuh oleh Wahsyi. Perang
Banu Nadlir, Dzatur-Riqa dan perang Badar Akhir terjadi pada tahun keempat
hijrah. Perang Banu Nadlir terjadi karena golongan Yahudi Madinah menghianati
perjanjiannya.
Pada tahun kelima hijrah terjadi perang Banu
Mus-thaliq, Khandaq (Parit) yang dipelopori oleh Salman Alfarisi, juga perang Banu
Quraidlah. Perang Banu Lahyan dan perang Ghabah terjadi pada tahun keenam
hijrah. Kemudian tahun ketujuh hijrah terjadi perang Khaibar. Perang Mu’tah,
Pembebasan Makkah, perang Hunain dan perang Thaif di tahun kedelapan Hijrah.
Karena kaum Quraisy melanggar perjanjian Hudaibiyah, maka Rasulullah memerangi
mereka dengan 10.000 bala tentara untuk menaklukkan Makkah, tepat pada tanggal
20 Ramadhan. Dilanjutkan dengan perang Tabuk yang terjadi pada tahun kesembilan
hijrah, tetapi tidak sampai terjadi pertempuran.
Setelah
meninggalnya Nabi Muhammad SAW, banyak suku-suku Arab yang kembali murtad dan
menentang kekhalifahan Islam. Pada masa khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq terjadi
perang Yamamah tepatnya pada bulan
Desember 632 di jazirah Arab di wilayah Yamamah. Perang perselisihan antara Khalifah Abu
Bakar dan Musailamah al-Kazzab yang mengaku sebagai nabi. Musailamah al-Kazzab
berserta 7000 pasukannya berhasil melarikan diri dan mundur ke benteng pertahanannya. Tetapi
pasukan Muslim tetap maju untuk menumpas pasukan Musailamah hingga ke benteng
pertahanannya dan berhasil menjebol pertahanan pasukan Musailamah. Akhirnya
Musailamah dan pasukannya berusaha mempertahankan diri dengan terus melawan.
Pada akhirnya Musailamah dapat ditombak oleh Wahsyi dan seluruh pasukannya dapat
dikalahkan dalam pertempuran ini.
Meskipun
di tengah peperangan yang berkecamuk, beliau Rasulullah SAW melaksanakan semua
tugasnya dengan baik dan semangat. Tidak pernah lalai dalam urusan tertentu
hingga dakwah Islam berhasil dengan gemilang. Dengan tahap-tahap perkembangan
ini, jazirah Arab bisa menyaksikan kebangkitan yang penuh barakah, tidak pernah
ada perkembangan yang mampu menandingi perkembangan pada zaman Nabi Muhammad
SAW.[3]
Tidak hanya itu, peperangan di masa modern juga terjadi. Pada perang dunia II, ketika
Jerman menyerbu sebagian besar wilayah Eropa dengan menggunakan taktik baru
yang disebut "Blitzkrieg" (perang kilat). Taktik Blitzkrieg mencakup pengerahan
pesawat terbang, tank, dan artileri. Pasukan-pasukan ini akan menerobos
pertahanan musuh menyusuri front yang sempit. Pasukan Jerman mengepung pasukan
lawan dan memaksa mereka untuk menyerah. Dengan menggunakan taktik Blitzkrieg,
Jerman menaklukkan Polandia (diserang pada bulan September 1939), Denmark
(April 1940), Norwegia (April 1940), Belgia (Mei 1940), Belanda (Mei 1940),
Luksemburg (Mei 1940), Prancis (Mei 1940), Yugoslavia (April 1941), dan Yunani
(April 1941).
Di timur, pertempuran perebutan kota Stalingrad terbukti menjadi titik
balik yang menentukan. Menyusul kekalahan di Stalingrad pada musim dingin tahun
1942-43, pasukan Jerman mulai melakukan penarikan mundur. Pada bulan April 1945
pasukan Soviet memasuki Berlin. Di barat, serdadu Sekutu mendarat pada tanggal
6 Juni 1944 (yang dikenal dengan D-Day) di Normandia, Prancis. Dua juta lebih
serdadu Sekutu meruah ke Prancis dan pada bulan Maret 1945, pasukan Sekutu
melintasi Sungai Rhine dan bergerak maju menuju jantung Jerman dan Jerman Nazi
menyerah pada bulan Mei 1945.[4] Wallahu
A’lam[]Hikmah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar