Mas Bambang, tapi aku menyebutnya Si Bogel. Satunya lagi Mas Imran,
tapi aku menyebutnya Si Aneh. Saudara2 aku yang, entah, aku sendiri
membenci mereka. Mereka hanya bisa membuat malu keluarga saja.
"Buu, ni ada pengacau datang nih, gak tahu banget sih, lagi ngerjain PR
juga!!" Gerutuku, melihat Si Bogel datang mau menggambar di kamarku.
Dia, Mas Bambang, hanya tersenyum lenggak lenggok saja tak mendengar teriakanku.
"Dek, tidak boleh ngomong begitu sama Masnya adek, bareng2 yaa..". Rayu Ibuku manis.
Sambil melotot, saya terdiam panas.
Krieeett,tt
Pintu dibuka dan,
"Dek Acan ni, Iman bawain makanan, enal deh, tadi bibi Inah yang buat loo".
Dengan lafadz yang celat, Mas Imran membawa sepiring penuh nasi dan sayur kesukaanku, jamur tiram.
"Ya, makasih". Tanpa menoleh, ketus, aku lanjutkan menulis, PR Bahasa Indonesia.
***
Ibu, ayah, Mas Bambang, Mas Imran, aku kangen,,,
Buku diary pemberian Mas Bambang sudah penuh sesak oleh coretan2 asal2an penaku.
***
"Hasan,
setelah berkunjung ke tempat Kakek di Pamekasan, nanti langsung ziarah
ke makam kakak dan ayah ya, ajak sekalian Bi Inah". Terlihat mata berair
Ibuku mengembang.
"Iya Bu, maafin Hasan ya, Hasan sangat banyak
sekali kesalahan terhadap Ibu". Setelah kepergianku ke Kalimantan,
merantau. Ibu tak henti2nya menanyakan kepulanganku.
Ayah, Mas
Bambang, Mas Imran, maafkan adikmu yang tidak tahu diri ini, adik yang
sangat egois, adik yang malu mempunyai kakak seperti kalian, maafkan
aku... Isak tangisku saat melihat makam mereka berjejeran,.
"Sudahlah Nak, mari kita berdo'a untuk mereka". Ibu mengelus punggungku.
***
"Tiga
tahun yang lalu, ayah, Mas Bambang, Mas Imran dan Ibu pindah ke
Pamekasan, berkumpul di tempat kakek. Dalam perjalanan, mobil kecelakaan
dan hanya Ibu yang selamat". Isak Ibu sesaat aku baru tiba di bandara.
Hanya tangis sesenggukan yang terdengar.
Ya Allah, maafkan aku...
Perbedaan ini ternyata sangat bermakna, dan selama ini aku tidak menyadarinya...
Wonosobo, August '13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar