“Kami semua sudah diajari ilmu-ilmu kebaikan, yang manfa’at untuk kehidupan di dunia dan Insyaallah juga di akhirat. Mbah Yai Ali Maksum dawuh : Kabeh ilmu kudu dilakoni (Semua ilmu harus dijalankan/diamalkan), sedangkan Mbah Yai Zainal : Kabeh laku kudu dingelmuni (Semua perilaku harus ada ilmunya). Mari kita khusnudzon billah atas apa yang saya sampaikan tadi bahwasanya, Mbah Zainal termasuk ahli syurga dan khusnul khotimah. Amin”.
-KH. Ali As’ad menjelang
pemakaman KH. Zainal Abidin (Ahad, 16/02/2014)
K.H. Zainal Abidin Munawwir adalah
putra kesembilan dari sebelas bersaudara KH. Moenawwir bin KH. Abdullah Rosyad
dengan Ny. Hj. Khodijah (Suistiyah) . Beliau lahir pada hari Sabtu Pahing, jam
17.30, tanggal 18 Jumadil Akhir tahun Za/31 Oktober 1931/18 Jumadil Akhir 1350
H/1862. Beristrikan Ny. Hj. Ida Fatimah Binti Kh. Abdurrahman dari Bangil,
Pasuruan, beliau mempunyai tiga orang putra-putri yaitu Muhammad Munawwir,
Khoiruzzad, dan Khumairo’.
Masa
remajanya dilalui seperti halnya remaja-remaja lain. Sekolah SR, SMP, SMA, dan
jg pernah sekolah di UNU, Surakarta. Hanya saja tidak sampai selesai. Beliau
tidak pernah mondok di luar tetapi ngajinya dengan KH Ali Maksum. Yang kemudian
dikader oleh KH Ali untuk mengajar (Asisten) yang menitik beratkan pada
pelajaran fiqih, tasawwuf dan aqaid.
Sepeninggal
KH Ali Maksum pada tahun 1989, beliau menggantikan sebagai pengasuh Pondok
Pesantren Al Munawwir, Krapyak. Pada periode beliau, pondok pesantren Krapyak
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dengan tetap berpedoman pada tradisi
salaf, lembaga- lembaga pendidikan yang didirikan oleh beliau adalah Madrasah
Salafiyah II dan perguruan tinggi ilmu salaf Al Ma'had Al 'Aly.
Dalam
mengelola dan mengembangkan pondok pesantren Al Munawwir, KH. Zainal Abidin dibantu oleh kakak, adik,
dan keponakan-keponakan beliau.
MADRASAH SALAFIYAH II DAN AL-MA’HAD
AL-ALY AL MUNAWWIR
Madrasah
Salafiyah II PP. Al Munawwir didirikan sejak 1990 oleh KH. Zainal Abidin
Munawwir. Lembaga ini khusus menangani pendalaman ilmu agama islam, khususnya
tradisi keilmuan salafussholih dengan tujuan agar santri dapat memiliki akhlaqul
karimah yang diterapkan pada kehidupan sehari hari, pandai membaca Al Quran serta dapat memahami
isinya dan terampil membaca serta memahami kitab- kitab
kuning.
Sedangkan
Al-Ma’had Aly adalah perguruan tinggi ilmu salaf yang
merupakan jenjang pendidikan klasikal teratas di Pondok Pesantren Al-Munawwir
ini, dengan masa kuliah 4 tahun (8 semester). Lembaga pendidikan Ma’had
Aly ini dirintis setelah menyadari akan perlunya suatu lembaga pendidikan tinggi
yang bersifat pendalaman (Ta’ammuq Fi Ad-Din ) untuk masyarakat dan alumni,
yang telah menyelesaikan pendidikan di tingkat menengah atas. Setelah diadakan
study banding ke Jakarta yang dipimpin oleh Bapak al Marhum KH. Drs. Muh.
Hasbullah A. Syakur dan atas restu dari KH. Zainal Abidin Munawwir, KH. Warsun Munawwir, dan keluarga
besar Al-Munawwir, maka pada Tahun 1414 H/1993 M secara resmi dibuka dengan
menerima Mahasiswa/Mahasiswi angkatan
pertama sebanyak 30 orang. Hingga sekarang Al-Ma’had Al-Aly telah memasuki
Tahun ke-20 pada Tahun Akademik 1434-1435H./2013-2014 M.
Tujuan didirikannya
Al-Ma’had Aly adalah untuk menyampaikan risalah Islam dalam ujud pendidikan dan
pengajaran tingkat tinggi, menanamkan roh islamiah serta pendalamannya
(Ta’ammuq Fi Ad-Din) kepada mahasiswa
sesuai tradisi ilmiyah Salafus
Salih), menyiapkan kajian-kajian diniyah Islamiyah yang representatif, dan
menyiapkan kader ulama’ dan sarjana muslim yang mumpuni, fuqoha’ fi- Din yang
siap memecahkan persoalan hukum yang
dihadapi umat Islam, kini dan mendatang yang berlandaskan kitab Allah dan
sunnah Rasulullah.
Mahasiswa/Mahasiswi
yang sudah menyelesaikan teorinya, maka diwajibkan membuat Talhish (Rangkuman) sebagai ganti pembuatan karya ilmiah (skripsi)
dari kitab-kitab yang ditentukan. Penerimaan mahasiswa baru dilaksanakan pada
setiap bulan Muharram dengan melalui seleksi baca kitab dan tertulis. Untuk
menunjang keberhasilan study di Ma’had Aly, dibentuk juga kegiatan
ekstrakurikuler yang tergabung dalam organisasi HTMA (Haiatut Tholabah lil
Ma’hadil ‘Aly) Organisasi Mahasiswa Ma’had Aly. Dengan kegiatan yang paling
menonjol adalah pengembangan Bahtsul Masail baik untuk intern maupun umum.
Dosen-dosen Perguruan Tinggi ini
diambilkan dari Para Kiyai Pondok Pesantren Al-Munawwir dan sebagian diambilkan
dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, juga dari Jakarta. Dari semua Dosen
tersebut adalah para alumni Pondok Al-Munawwir. Diantara mereka adalah KH. Zainal Abidin Munawwir, KH. Ahmad Warson Munawwir, Drs. KH. Asyhari
Marzuki Lc. (alm), Dr. KH. A. Muhith A. Fattah, MA. (Jakarta), Drs. KH. Ma’mun
Muh. Muro’i, LML., Dr. dr. Soewadi MPH,
KH. R. M. Najib A. Qodir, DR. H.
Luthfi Zuhdi, (jakarta), Drs. H. Sihabuddin Qulyubi MA, Drs. Muhyiddin, Drs. H. Aly As’ad, KH. Toha Abdurrahman. Yang
pada masa sekarang ini telah dibadalkan oleh KH. Zainal kepada santri beliau
yang dipercaya sudah mumpuni untuk mengajar perkuliahan diantaranya adalah
Ustd. Kurdy, Ustd. Nuri Syahrul Badri, Ustd. Masyhuri, Ustd. Fakhruddin Yusuf,
Ustd. Mizan dan lain-lain.
TELADAN DAN KEHIDUPAN KH
ZAINAL ABIDIN SEBAGAI USWAKH HASANAH
KH
Zainal sangat memperhatikan pendidikan, dimana beliau sangat istiqamah dalam
mengajar, memberi contoh kepada santri-santrinya. Anti libur adalah
sebutan untuk keistiqamahan beliau dalam mengajar, meskipun dalam keadaan
apapun, muridnya berapa pun beliau tetap masuk untuk mengajar. Beliau sangat suka kepada santri yang rajin
mengaji, bukan santri yang rajin bekerja. Karena itu beliau sangat kecewa
ketika ada santri yang tidak disiplin belajar. Beliau juga selalu memuthala’ah
dahulu pelajaran yang akan disampaikan kepada santri-santri, dengan begitu
beliau selalu menjawab dengan dasar hukum (Rujukan yang diambil dari
kitab-kitab). Contoh, ketika Ibu Nyai pernah menanyakan sesuatu dan beliau
belum pernah mendengar, maka beliau akan mencari rujukan dahulu. Setelah
menemukan rujukannya, baru kemudian menyampaikan jawabannya kepada Ibu Nyai.
Beliau juga produktif menulis, suatu waktu ketika akan kedatangan tamu, beliau
selalu mempersiapkan dengan tulisan. Contohnya, ketika akan ada tamu ibu-ibu
pengajian, maka sebelumnya beliau mempersiapkan tentang masalah-masalah yang
berkaitan dengan perempuan (kewajiban-kewajiban perempuan, dosa-dosa besar
maupun kecil dan seputar masalah-masalah perempuan), ketika akan kedatangan
tamu ta’mir masjid dari Semarang, beliau mempersiapkan tulisan yang berkaitan
dengan ke-masjid-an. Ada yang mengakui bahwa khutbah-khutbah beliau sesuai
dengan isu-isu nasional maupun internasional, karena beliau suka melihat berita
dan koran internasional, terutama nasib-nasib orang Islam yang ada di daerah
minimalis. Semisal, kasus Taliban, Iran, Palestina. Ini adalah bentuk kewajiban
seorang muslim terhadap muslim lainnya. Tak ada lain yang dipentingkan oleh
beliau adalah kepentingan ummat. Kitab-kitab beliau diantaranya adalah Tarikhu
al-Hadharah al-Islamiyah, al-Furuuq, al-Muqtathafat, Ta’rifu Ahlissunnah wa
al-jama’ah dan Wadhaifu al-Muta’allim.
Kesederhanaan
beliau juga tampak dalam kehidupan sehari-harinya, seperti beliau mempunyai
sarung dan pakaian masing-masing tiga, ketika suatu waktu diberi yang baru,
maka yang lama yang masih layak pakai diberikan kepada yang membutuhkan. Selalu
memberikan contoh langsung dengan Haal (Perilaku), sangat menghormati
tamu, dan sangat bertanggung jawab terhadap keluarga dan anak didiknya.
KH
ZAINAL ABIDIN WAFAT
Sebelum
beliau wafat, beliau sakit selama 8 hari dan dirawat di RS Sardjito ruang
Kusumawijaya. Kemudian dirawat di rumah selama 12 hari. Dalam keadaan sakit pun
beliau tetap mengajarkan ilmu seperti cara berwudhunya orang yang sakit. Karena
kehati-hatian beliau dalam hal ibadah, selang infus dipasang di lengan bagian
atas (Bukan anggota wudhu). Karena ke-wira’i-an beliau, beberapa tahun terakhir
ini beliau tidak makan yang bernapas seperti ayam, ikan dll. Bukan karena
mempunyai penyakit, tetapi untuk mengurangi kenikmatan dunia, supaya ditambah
kenikmatan di akhirat kelak. Bahkan hasil pemeriksaan laborat, semua dokter
mengatakan bahwa beliau tidak mempunyai penyakit. Menjelang kewafatan beliau,
santri-santri mengadakan muqaddaman (Nderes al-Qur’an) di kediaman
beliau. Beliau wafat (85 tahun) pada hari Sabtu, 15 Februari 2014 (15 Rabi’ul
Akhir 1435 H) pukul 18.30 WIB dan dikebumikan pada pukul 14.00 Ahad keesokan
harinya di pemakaman Sorowajan (Sekitar 1 km dari Krapyak) sesuai permintaan
beliau sebelum meninggal. Seperti yang dituturkan oleh Ibu Nyai Ida Fatimah
Zainal,”Bapak tidak suka wasiat. Karena dirasa, wasiat itu memberatkan bagi
yang diwasiati. Yang penting pokoknya jalan, pendidikan dijalankan dan hal-hal
yang baik diteruskan”. Suasana berduka sangat dirasakan oleh keluarga,
santri-santri, masyarakat Krapyak, maupun seluruh umat muslim se-Indonesia,
bahkan mungkin seluruh dunia. Kehilangan seseorang yang menjadi tonggak Ilmu, seorang
ulama dan panutan amar ma’ruf nahi munkar. Sifat-sifat beliau
sebagaimana sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. Semoga kita sebagai santrinya dapat
meneladani sifat-sifat beliau. Amiin Ya Rabbal ‘Aalamiin.
Ya
Allah biha, Ya Allah Bi Khusnil Khatimah...
[Hikmah-Al Muna Magazine]
:'(.... Aaamiiin......
BalasHapusAmiiin...
BalasHapusIzin ngopi fotonipun Mbah Zainal nggih
BalasHapusmonggo, monggo :)
BalasHapusAamiin
BalasHapus