Sabtu, 22 Maret 2014

Sekilas tentang Al-Marhum KH. Zainal Abidin Munawwir Krapyak, Yogyakarta








“Kami semua sudah diajari ilmu-ilmu kebaikan, yang manfa’at untuk kehidupan di dunia dan Insyaallah juga di akhirat. Mbah Yai Ali Maksum dawuh : Kabeh ilmu kudu dilakoni (Semua ilmu harus dijalankan/diamalkan), sedangkan Mbah Yai Zainal : Kabeh laku kudu dingelmuni (Semua perilaku harus ada ilmunya). Mari kita khusnudzon billah atas apa yang saya sampaikan tadi bahwasanya, Mbah Zainal termasuk ahli syurga dan khusnul khotimah. Amin”.
-KH. Ali As’ad menjelang pemakaman KH. Zainal Abidin (Ahad, 16/02/2014)

            K.H. Zainal Abidin Munawwir adalah putra kesembilan dari sebelas bersaudara KH. Moenawwir bin KH. Abdullah Rosyad dengan Ny. Hj. Khodijah (Suistiyah) . Beliau lahir pada hari Sabtu Pahing, jam 17.30, tanggal 18 Jumadil Akhir tahun Za/31 Oktober 1931/18 Jumadil Akhir 1350 H/1862. Beristrikan Ny. Hj. Ida Fatimah Binti Kh. Abdurrahman dari Bangil, Pasuruan, beliau mempunyai tiga orang putra-putri yaitu Muhammad Munawwir, Khoiruzzad, dan Khumairo’.
Masa remajanya dilalui seperti halnya remaja-remaja lain. Sekolah SR, SMP, SMA, dan jg pernah sekolah di UNU, Surakarta. Hanya saja tidak sampai selesai. Beliau tidak pernah mondok di luar tetapi ngajinya dengan KH Ali Maksum. Yang kemudian dikader oleh KH Ali untuk mengajar (Asisten) yang menitik beratkan pada pelajaran fiqih, tasawwuf dan aqaid.
Sepeninggal KH Ali Maksum pada tahun 1989, beliau menggantikan sebagai pengasuh Pondok Pesantren Al Munawwir, Krapyak. Pada periode beliau, pondok pesantren Krapyak mengalami kemajuan yang sangat pesat. Dengan tetap berpedoman pada tradisi salaf, lembaga- lembaga pendidikan yang didirikan oleh beliau adalah Madrasah Salafiyah II dan perguruan tinggi ilmu salaf Al Ma'had Al 'Aly.
          Dalam mengelola dan mengembangkan pondok pesantren Al Munawwir,  KH. Zainal Abidin dibantu oleh kakak, adik, dan keponakan-keponakan beliau.

MADRASAH SALAFIYAH II DAN AL-MA’HAD AL-ALY AL MUNAWWIR
          Madrasah Salafiyah II PP. Al Munawwir didirikan sejak 1990 oleh KH. Zainal Abidin Munawwir. Lembaga ini khusus menangani pendalaman ilmu agama islam, khususnya tradisi keilmuan salafussholih dengan tujuan agar santri dapat memiliki akhlaqul karimah yang diterapkan pada kehidupan sehari hari, pandai membaca Al Quran serta dapat memahami isinya dan terampil membaca serta memahami kitab- kitab kuning.
          Sedangkan Al-Ma’had Aly adalah perguruan tinggi ilmu salaf yang merupakan jenjang pendidikan klasikal teratas di Pondok Pesantren Al-Munawwir ini, dengan masa kuliah 4 tahun (8 semester). Lembaga pendidikan Ma’had Aly ini dirintis setelah  menyadari  akan perlunya suatu lembaga pendidikan tinggi yang bersifat pendalaman (Ta’ammuq Fi Ad-Din ) untuk masyarakat dan alumni, yang telah menyelesaikan pendidikan di tingkat menengah atas. Setelah diadakan study banding ke Jakarta yang dipimpin oleh Bapak al Marhum KH. Drs. Muh. Hasbullah A. Syakur dan atas restu dari KH. Zainal  Abidin Munawwir, KH. Warsun Munawwir, dan keluarga besar Al-Munawwir, maka pada Tahun 1414 H/1993 M secara resmi dibuka dengan menerima Mahasiswa/Mahasiswi  angkatan pertama sebanyak 30 orang. Hingga sekarang Al-Ma’had Al-Aly telah memasuki Tahun ke-20 pada Tahun Akademik 1434-1435H./2013-2014 M.
          Tujuan didirikannya Al-Ma’had Aly adalah untuk menyampaikan risalah Islam dalam ujud pendidikan dan pengajaran tingkat tinggi, menanamkan roh islamiah serta pendalamannya (Ta’ammuq Fi Ad-Din) kepada mahasiswa  sesuai tradisi ilmiyah Salafus Salih), menyiapkan kajian-kajian diniyah Islamiyah yang representatif, dan menyiapkan kader ulama’ dan sarjana muslim yang mumpuni, fuqoha’ fi- Din yang siap memecahkan persoalan hukum  yang dihadapi umat Islam, kini dan mendatang yang berlandaskan kitab Allah dan sunnah Rasulullah.
              Mahasiswa/Mahasiswi yang sudah menyelesaikan teorinya, maka diwajibkan membuat Talhish (Rangkuman) sebagai ganti pembuatan karya ilmiah (skripsi) dari kitab-kitab yang ditentukan. Penerimaan mahasiswa baru dilaksanakan pada setiap bulan Muharram dengan melalui seleksi baca kitab dan tertulis. Untuk menunjang keberhasilan study di Ma’had Aly, dibentuk juga kegiatan ekstrakurikuler yang tergabung dalam organisasi HTMA (Haiatut Tholabah lil Ma’hadil ‘Aly) Organisasi Mahasiswa Ma’had Aly. Dengan kegiatan yang paling menonjol adalah pengembangan Bahtsul Masail baik untuk intern maupun umum.
              Dosen-dosen Perguruan Tinggi ini diambilkan dari Para Kiyai Pondok Pesantren Al-Munawwir dan sebagian diambilkan dari IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, juga dari Jakarta. Dari semua Dosen tersebut adalah para alumni Pondok Al-Munawwir. Diantara mereka adalah  KH. Zainal Abidin Munawwir,  KH. Ahmad Warson Munawwir, Drs. KH. Asyhari Marzuki Lc. (alm), Dr. KH. A. Muhith A. Fattah, MA. (Jakarta), Drs. KH. Ma’mun Muh. Muro’i, LML., Dr. dr. Soewadi MPH,  KH. R. M. Najib A. Qodir,   DR. H. Luthfi Zuhdi, (jakarta), Drs. H. Sihabuddin Qulyubi MA,  Drs. Muhyiddin,  Drs. H. Aly As’ad, KH. Toha Abdurrahman. Yang pada masa sekarang ini telah dibadalkan oleh KH. Zainal kepada santri beliau yang dipercaya sudah mumpuni untuk mengajar perkuliahan diantaranya adalah Ustd. Kurdy, Ustd. Nuri Syahrul Badri, Ustd. Masyhuri, Ustd. Fakhruddin Yusuf, Ustd. Mizan dan lain-lain.
TELADAN DAN KEHIDUPAN KH ZAINAL ABIDIN SEBAGAI USWAKH HASANAH
KH Zainal sangat memperhatikan pendidikan, dimana beliau sangat istiqamah dalam mengajar, memberi contoh kepada santri-santrinya. Anti libur adalah sebutan untuk keistiqamahan beliau dalam mengajar, meskipun dalam keadaan apapun, muridnya berapa pun beliau tetap masuk untuk mengajar.  Beliau sangat suka kepada santri yang rajin mengaji, bukan santri yang rajin bekerja. Karena itu beliau sangat kecewa ketika ada santri yang tidak disiplin belajar. Beliau juga selalu memuthala’ah dahulu pelajaran yang akan disampaikan kepada santri-santri, dengan begitu beliau selalu menjawab dengan dasar hukum (Rujukan yang diambil dari kitab-kitab). Contoh, ketika Ibu Nyai pernah menanyakan sesuatu dan beliau belum pernah mendengar, maka beliau akan mencari rujukan dahulu. Setelah menemukan rujukannya, baru kemudian menyampaikan jawabannya kepada Ibu Nyai. Beliau juga produktif menulis, suatu waktu ketika akan kedatangan tamu, beliau selalu mempersiapkan dengan tulisan. Contohnya, ketika akan ada tamu ibu-ibu pengajian, maka sebelumnya beliau mempersiapkan tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan perempuan (kewajiban-kewajiban perempuan, dosa-dosa besar maupun kecil dan seputar masalah-masalah perempuan), ketika akan kedatangan tamu ta’mir masjid dari Semarang, beliau mempersiapkan tulisan yang berkaitan dengan ke-masjid-an. Ada yang mengakui bahwa khutbah-khutbah beliau sesuai dengan isu-isu nasional maupun internasional, karena beliau suka melihat berita dan koran internasional, terutama nasib-nasib orang Islam yang ada di daerah minimalis. Semisal, kasus Taliban, Iran, Palestina. Ini adalah bentuk kewajiban seorang muslim terhadap muslim lainnya. Tak ada lain yang dipentingkan oleh beliau adalah kepentingan ummat. Kitab-kitab beliau diantaranya adalah Tarikhu al-Hadharah al-Islamiyah, al-Furuuq, al-Muqtathafat, Ta’rifu Ahlissunnah wa al-jama’ah dan Wadhaifu al-Muta’allim.
Kesederhanaan beliau juga tampak dalam kehidupan sehari-harinya, seperti beliau mempunyai sarung dan pakaian masing-masing tiga, ketika suatu waktu diberi yang baru, maka yang lama yang masih layak pakai diberikan kepada yang membutuhkan. Selalu memberikan contoh langsung dengan Haal (Perilaku), sangat menghormati tamu, dan sangat bertanggung jawab terhadap keluarga dan anak didiknya.



KH ZAINAL ABIDIN WAFAT
Sebelum beliau wafat, beliau sakit selama 8 hari dan dirawat di RS Sardjito ruang Kusumawijaya. Kemudian dirawat di rumah selama 12 hari. Dalam keadaan sakit pun beliau tetap mengajarkan ilmu seperti cara berwudhunya orang yang sakit. Karena kehati-hatian beliau dalam hal ibadah, selang infus dipasang di lengan bagian atas (Bukan anggota wudhu). Karena ke-wira’i-an beliau, beberapa tahun terakhir ini beliau tidak makan yang bernapas seperti ayam, ikan dll. Bukan karena mempunyai penyakit, tetapi untuk mengurangi kenikmatan dunia, supaya ditambah kenikmatan di akhirat kelak. Bahkan hasil pemeriksaan laborat, semua dokter mengatakan bahwa beliau tidak mempunyai penyakit. Menjelang kewafatan beliau, santri-santri mengadakan muqaddaman (Nderes al-Qur’an) di kediaman beliau. Beliau wafat (85 tahun) pada hari Sabtu, 15 Februari 2014 (15 Rabi’ul Akhir 1435 H) pukul 18.30 WIB dan dikebumikan pada pukul 14.00 Ahad keesokan harinya di pemakaman Sorowajan (Sekitar 1 km dari Krapyak) sesuai permintaan beliau sebelum meninggal. Seperti yang dituturkan oleh Ibu Nyai Ida Fatimah Zainal,”Bapak tidak suka wasiat. Karena dirasa, wasiat itu memberatkan bagi yang diwasiati. Yang penting pokoknya jalan, pendidikan dijalankan dan hal-hal yang baik diteruskan”. Suasana berduka sangat dirasakan oleh keluarga, santri-santri, masyarakat Krapyak, maupun seluruh umat muslim se-Indonesia, bahkan mungkin seluruh dunia. Kehilangan seseorang yang menjadi tonggak Ilmu, seorang ulama dan panutan amar ma’ruf nahi munkar. Sifat-sifat beliau sebagaimana sifat-sifat Nabi Muhammad SAW. Semoga kita sebagai santrinya dapat meneladani sifat-sifat beliau. Amiin Ya Rabbal ‘Aalamiin.
Ya Allah biha, Ya Allah Bi Khusnil Khatimah... 
[Hikmah-Al Muna Magazine]

5 komentar: